Peran guru dalam pembelajaran
03 Dec 2012 -
Kualitas
pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah
‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan
peserta didik. Sebagus apa pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan
perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas,
tidak akan membuahkan hasil optimal. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah
sangat diwarnai oleh kinerja dan mutu para gurunya. Pentingnya peranan dan
kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi
oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk
maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple
intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada
guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah
keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh
tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju. Ditegaskan UNESCO dalam laporan
The International Commission on Education for Twenty-first Century, yang
menyatakan bahwa "memperbaiki mutu pendidikan pertama-tama tergantung perbaikan
perekrutan, pelatihan, status sosial, dan kondisi kerja para guru; mereka
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, karakter personal, prospek
profesional, dan motivasi yang tepat jika ingin memenuhi harapan stakeholder
pendidikan" (Delors, 1996).
Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/category/artikel-pendidikan#ixzz2NyP12RI8
Pendidikan
Karakter Sebagai Pondasi Kesuksesan Peradaban Bangsa.
Written by Yoggi Herdani
|
Thursday, 03 June 2010 07:46
|
Pendidikan
karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari
proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan
mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di
lingkungan Kemdiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di
seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Tidak kecuali di pendidikan
tinggi, pendidikan karakter pun mendapatkan perhatian yang cukup besar,
kemarin (1/06) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mengadakan Rembuk
Nasioanal dengan tema “ Membangun Karakter Bangsa dengan Berwawasan
Kebangsaan”. Acara yang digelar di Balai Pertemuan UPI ini, dibidani oleh
Pusat Kajian Nasional Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan UPI.
Selain
Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof.dr.Fasli Jalal, Ph.D, hadir pula
menjadi pembicara seperti Prof.Dr.Mahfud,MD,SH, SU. Prof.Dr.Jimly
Asshiddiqie, SH. Prof.Dr.Djohermansyah Djohan, M.A. Prof.Dr.H.Sunaryo
Kartadinata,M.Pd. Prof.Dr.H.Dadan Wildan, M.Hum dan Drs. Yadi Ruyadi, M.si.
Wamendiknas
dalam acara ini mengungkapkan arti penting pendidikan karakter bagi bangsa
dan negara, beliau pun menjelaskan bahwa pendidikan karakter sangat erat dan
dilatar belakangi oleh keinginan mewujudkan konsensus nasional yang
berparadigma Pancasila dan UUD 1945. Konsensus tersebut selanjutnya
diperjelas melalui UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang berbunyi “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.”
Dari
bunyi pasal tersebut, Wamendiknas mengungkapkan bahwa telah terdapat 5 dari 8
potensi peserta didik yang implementasinya sangat lekat dengan tujuan
pembentukan pendidikan karakter. Kelekatan inilah yang menjadi dasar hukum
begitu pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter.
Wamendiknas
pun mengatakan bahwa, pada dasarnya pembentukan karakter itu dimulai dari
fitrah yang diberikan Ilahi, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku.
Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini dangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam
membentuk jati diri dan prilaku.
Oleh
karena itu Wamendiknas mengatakan bahwasanya sekolah sebagai bagian dari
lingkungan memiliki peranan yang sangat penting. Wamendiknas menganjurkan
agar setiap sekolah dan seluruh lembaga pendidikan memiliki school culture
, dimana setiap sekolah memilih pendisiplinan dan kebiasaan mengenai
karakter yang akan dibentuk. Lebih lanjut Wamendiknas pun berpesan, agar para
pemimpin dan pendidik lembaga pendidikan tersebut dapat mampu memberikan suri
teladan mengenai karakter tersebut.
Wamendiknas
juga mengatakan bahwa hendaknya pendidikan karakter ini tidak dijadikan kurikulum
yang baku, melainkan dibiasakan melalui proses pembelajaran. Selain itu
mengenai sarana-prasaran, pendidikan karakter ini tidak memiliki
sarana-prasarana yang istimewa, karena yang diperlukan adalah proses
penyadaran dan pembiasaan.
Prihal
pengembangannya sendiri, Wamendiknas melihat bahwa kearifan lokal dan
pendidikan di pesantern dapat dijadikan bahan rujukan mengenai pengembangan
pendidikan karakter, mengingat ruang lingkup pendidikan karakter sendiri
ssangatlah luas.
Sehari
sebelum acara yang digelar di UPI ini ( 31/05), di Ruang Rapat Komisi X,
DPR-RI, diadakan Rapat Kerja yang membahas pendidikan karakter. Hadir dirapat
tersebut selain 25 anggota fraksi, adalah Menkokesra, Mendiknas, Menag,
Menbudpar, Menpora, Wamendiknas, Perwakilan Kementerian Dalam Negeri, serta
para pejabat eselon 1 kementerian terkait.
Dalam Rapat Kerja tersebut dibahas
mengenai kesiapan masing-masing kementerian mengenai pendidikan karakter
tersebut. Menkokesra sebagai koordinator perumus pendidikan karakter ini
menyebutkan bahwa setiap kementerian yang terikat memiliki program-program
berencana mengenai pendidikan karakter yang nantinya diajukan sebagai bahan
untuk mengagas lahirnya Keppres mengenai pendidikan karakter. Menkokesra pun
menyebutkan bahwa nantinya pendidikan karakter ini akan dijadikan aksi
bersama dalam pelaksanaannya.
Para anggota fraksi pun melihat pendidikan karakter ini sangat penting dalam membentuk akhlak dan paradigma masyarakat Indonesia. Semoga pendidikan karakter ini tidak hanya menjadi proses pencarian watak bangsa saja, melainkan sebagai corong utama titik balik kesuksesan peradaban bangsa. |
No comments:
Post a Comment