Thursday, March 21, 2013

LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA

LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA PDF Print E-mail
Written by ERVITA   
Monday, 20 June 2011 13:05

A.     Landasan Yuridis
B.     Landasan Kultural
C.     Landasan Historis
D.     Landasan Filosofis

A.         LANDASAN YURIDIS
1.             UUD 1945, pasal 31 : wn punya hak  akan pengajaran à negara punya wajib menentukan sistem pengajaran nasional. Ps 31 uud 45 ini belum operasional.
2. Tap MPR (tentang grdaskan bangsa dan peningkatbhn), lebih bersifat operasional, is ttg arah  penddk. Nasional à mencean kualitas sdm .
A.    Intelektual (iq) à makul. Keahlian
B. Emosional/mentalitas (sq, eq) à makul. Pengemb. Kepribadian (p.panc., p.agama, pkn)
3. UU ttg sisdiknas ( uu ri no.30 th.2003 )

Kesimpulan :
Pendidikan Pancasila untuk meningkatkan kualitas mental/emosional, yg tdk instan langsung jadi, maka butuh waktu/proses, sehingga pendidikan Pancasila juga diberikan secara kontinu dalam semua jenjang pendidikan.


B.         LANDASAN KULTURAL
Pancasila sebagai kristalisasi budaya indonesia. Wujud budaya berupa konsep, aktivitas, dan benda.
Budaya: hasil budi daya manusia à manusia berkembang à budaya
juga berkembang à shg pancasila sbg budaya juga berkembang, selalu dlm proses.
Dengan budaya manusia ingin meningkatkan harkat martabatnya à pancasila sbg budaya dpt meningkatkan harkat martabat bgs indonesia.

C.         LANDASAN HISTORIS
Proses perumusan  Pancasila tidak mulus tetapi selalu diiringi dengan banyak konflik dan perbedaan. Yg patut diacungi jempol adalah para pemimpin bangsa saat itu dapat mensikapi seluruh konflik dan perbedaan tersebut scr bijak.
a.              Nilai-nilai kesejarahan perlu diteruskan pada generasi berikutnya.
b.             Dalam proses kesejarahannya bgs ind. Terdapat perennial problem
c.              Untuk menjadi bangsa yg selalu lebih , harus mengetahui apa dan bagaimana proses sebelumnya.

D.      LANDASAN FILOSOFIS
Pancasila sbg philosophycal way of thinking-nya manusia indonesia. Manusia memiliki hakikat sbg makhluk monopluralis.
a.         Susunan kodrat à jiwa dan raga
b.         Sifat kodrat à individu dan sosial
c.         Kedudukan kodrat à makhluk pribadi mandiri dan makhluk tuhan

Yang perlu diperhatikan:
a.                Keberadaan unsur-unsur tsb tetap
b.               Perwujudan unsur-unsur tsb dinamis
c.                Manusia itu kompleks dan dinamis à berkembang (proses)
Konsekuensinya terhadap Pancasila :
a.              Keberadaan nilai-nilai dasar pancasila tetap
b.             Perwujudan nilai-nilai dasar pancasila dinamis
c.              Nilai-nilai pancasila mengalami suatu perkembangan, masih selalu dlm proses.

à dibutuhkan SDM yang berkualitas à pendidikan pancasila tidak mudah, berfungsi ganda :
a.         Sebagai transfer of knowledge
b.        Sebagai transfer of value

Agar fungsi tersebut dapat berperan :
a.        Keteladanan
b. Komunikasi yg  efektif
c. Aktivitas  bersama
Last Updated on Monday, 20 June 2011 13:19

Menggagas Pendiidkan Transgesif


Oleh: M.Nur K. Amrullah
Awal mula proses pendidikan di dunia ini diawali dari kebutuhan hidup manusia, untuk terus mencari jati diri sebagai manusia yang unggul dibandingkan makhluk lain. Maka tak heran jika banyak filosofi kehidupan dan teks-teks suci selalu menobatkan manusia sebagai makhluk paling sempurna, maka misi menjadi makhluk sempurna-terbatas ini harus menjadi tidak sekedar pengakuan dan keakuan, tapi harus bisa diwujudkan sebagai sebuah sistem nyata yang bisa bekerja untuk pembuktian dan proses pewujudan manusia sebagai makhluk paling sempurna. Mungkin kita sering mendengar bahwa tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah memanusiakan manusia, artinya ada potensi manusia bisa menjadi bukan manusia yang harus ditangkal oleh pendidikan.
Selama ini sudah banyak berkembang teori pendidikan, untuk menunjukkan bahwa dunia pendidikan tidak pernah berhenti melakukan inovasi dan melakukan penggalian khasanah potensi positif pada manusia, tapi sayangnya tidak banyak diantara para pendidik yang berani melakukan proses kreatif dengan cara membongkar dan mendiagnosis praktik-praktik tradisional dalam proses pendidikan, ini sering terjadi di sekolah-sekolah formal. Pendidik cenderung menjadikan proses pendidikan dan pembelajaran sebagai kegiatan rutin yang acap kali tak memiliki toleransi terhadap minat dan bakat siswa. Siswa diperlakukan seperti pasien yang harus tunduk dan patuh dalam asupan dosis belajar yang telah dibuat pendidik, maka tak mengherankan jika dikemudian hari siswa-siswa kita hanya pintar menggunakan otak dan memainkan bahasa, tapi lemah integrasi sikap social dan tanggung jawabnya.
Pendidikan Transgresif, Bagaimana Memulainya?
Transgresif adalah adopsi dari kata transgress yang berarti proses yang melewati batas-batas logika dan aturan yang mengangkang, sedangkan Pendidikan Transgresif yang penulis maksud adalah upaya untuk melakukan pendesainan ulang (redesign) terhadap pendidikan agar mampu menjawab tantangan kehidupan yang semakin sulit diprediksi, menanamkan nilai-nilai anti stagnasi dan pada akhirnya akan mewujudkan manusia pendidikan yang mampu menjadi manusia pionir.
bersambung………………….



ARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

28 12 2009
Pendidikan Indonesia sudah kehilangan arah. Pendidikan di Indonesia dalam bentuk sekolah telah tercerabut dari akar kesejarahan sistem pendidikan nasional. Pendidikan di Indonesia sudah tidak lagi bertumpu pada nilai-nilai dasar pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang menyadarkan dan pendidikan yang memanusiakan manusia muda dan pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Pendidikan di Indonesia hanya berorientasi pasar.
Buktinya, pemerintah sekarang sedang menggalakkan pendidikan tingkat satuan pendidikan menengah atas berbasis kerja, yaitu sekolah menengah kejuruan (SMK). Pemerintah berencana akan mengubah pola pendidikan Indonesia dengan perbandingan 70% untuk SMK dan 30% untuk sekolah menengah atas (SMA). Lulusan SMA dalam pandangan pemerintah hanya menghasilkan lulusan tidak siap kerja kalau tidak mau disebut pengangguran. Maka, guna mengurangi angka pengangguran, pemerintah melakukan ‘terobosan’ dengan menciptakan SMK. Lulusan SMK dalam pandangan pemerintah lebih siap untuk bekerja dan mengurangi pengangguran.
Bukan fase bekerja
Pendidikan di Indonesia hanya dimaknai sebagai salah satu untuk mendapatkan pekerjaan agar tidak menjadi pengangguran (link and match). Padahal, link and match pernah dikritik Soetandyo Wignyosoebroto, Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Menurut Pak Tandyo–begitu orang menyapanya–sekolah itu bekal untuk menata hidup yang lebih baik. Bukan fase yang harus dilalui sebelum bekerja. Kalau konsepnya seperti itu, betapa sempitnya dunia pendidikan (Agus Wahyudi: 2006).
Kritikan Pak Tandyo itu cukup beralasan. Pendidikan bukan salah satu fase untuk bekerja. Pendidikan adalah proses hidup. Jadi pendidikan dalam bentuk sekolah bukan untuk bekerja. Maka dari itu, konsep pemerintah membangun SMK secara besar-besaran itu pada dasarnya menunjukkan pemerintah saat ini sudah keblinger. Salah jalur. Tidak tahu filosofi pendidikan.
Lebih dari itu, penyiapan tenaga kerja siap pakai ala SMK juga tidak sesuai dengan iklim Indonesia. Indonesia bukan negara industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja siap pakai seperti Jepang. Indonesia masih menjadi negara agraris. Kalau toh kita akan menjadi negara industri, Indonesia sudah tidak lagi mempunyai sumber daya alam sebagai modal. Sumber daya alam Indonesia sudah dikeruk dan dikuras habis oleh korporasi internasional. Masyarakat Indonesia sekarang tinggal menunggu kehancuran bumi Indonesia. Hal itu karena daya isap korporasi tidak akan menyisakan sedikit pun sumber daya alam untuk masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia akan menjadi asing dan miskin di negerinya sendiri.
Tenaga kerja instan
Pembangunan sumber daya manusia melalui SMK dengan mengabaikan filosofi pendidikan hanya akan menghasilkan buruh-buruh yang keringat mereka diperas untuk memuaskan nafsu serakah korporasi internasional. Mereka hanya akan dibayar dengan upah murah. Sewaktu-waktu mereka dapat diberhentikan dengan paksa.
Apakah pemerintah sekarang sempat berpikir seperti itu? Tampaknya, pemerintah tidak memedulikan hal tersebut. Yang ada dalam otak pembuat kebijakan yang keliru itu adalah bagaimana mempersiapkan tenaga kerja instan (siap) kerja dalam waktu cepat sehingga kinerja pemerintahan dapat dinilai dengan nilai A. Pemerintah pun dapat mengklaim telah berhasil mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan karena anak-anak orang miskin sekarang sudah sekolah di SMK dan siap bekerja dengan kemampuan dan keterampilan mereka.
Pemerintah lebih bangga melihat banyak masyarakat bekerja dengan ketidakberdayaan daripada melihat masyarakatnya mandiri karena mereka memiliki ilmu dan pengalaman yang memerdekakan.
Program pendidikan siap kerja melalui SMK merupakan program prestisius miskin strategi dan makna. Ia tidak ubahnya seperti program penggemukan sapi yang marak akhir-akhir ini di beberapa daerah. Sapi yang semula kecil diberi makan sebanyak mungkin, setelah itu sapi siap jual dengan harga tinggi.
Pemerintah dengan program itu hanya ingin menyombongkan diri dengan data statistik bawah periode pemerintahan kali ini telah berhasil membuat kebijakan yang dibutuhkan masyarakat, yaitu lulus langsung kerja. Padahal sebagaimana kita ketahui, data statistik selalu saja bisa ‘diperjualbelikan’ sesuai dengan keinginan penguasa.
Oleh Benni Setiawan, Penulis Buku Agenda Pendidikan Nasional

Memilih Pendidikan Anak Usia Dini

Seiring dengan perkembangan dan persaingan ekonomi yang makin pesat dewasa ini, ternyata memberikan pengaruh atau dampak yang besar bagi tumbuh kembang anak. Merupakan hal yang biasa ditemui pada saat ini ketika anak usia dini sudah mulai menempuh pendidikan dikarenakan aktifitas bekerja kedua orangtuanya. Pendidikan anak usia dini ini dimaksudkan untuk memberikan stimulasi yang tepat pada tahapan golden period tumbuh kembang anak, karena kedua orangtua tidak sempat memberikan stimulasi yang tepat. Namun demikian, tidak mudah memilih pendidikan anak usia dini yang tepat. Diperlukan beberapa tips dan triks singkat memilih pendidikan anak yang tepat.
Tips dan triks
Berikut ini akan disampaikan beberapa tips dan triks memilih pendidikan anak usia dini sebagaimana diolah dari berbagai sumber, yaitu:
  • Aktifitas fisik. Pilih jenis sekolah yang memiliki program aktifitas fisik yang berguna untuk melatih koordinasi anggota gerak motorik kasar. Beberapa jenis kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih koordinasi anggota gerak motorik kasar antara lain lompat jauh, lompat tinggi, lari dan lempar.
  • Sosialisasi. Pilih jenis sekolah yang dapat mengembangkan sikap sosialisasi anak yang bisa dilakukan dengan cara belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat.
  • Kreatifitas. Pilih jenis sekolah yang mampu mengembangkan kreatifitas yang dimiliki anak, antara lain dengan kegiatan perlombaan menggambar, mewarna ataupun pengenalan huruf dan angka.
  • Menyenangkan. Idealnya pendidikan anak usia dini harus berpedoman pada prinsip dasar tumbuh kembang kecerdasan otak anak yaitu melalui tindakan yang menyenangkan. Salah satu tindakan menyenangkan sekaligus pembelajaran bagi anak adalah dengan cara bermain.
  • Kognitif dan mtorik halus. Pendidikan anak usia dini juga harus dapat digunakan untuk melatih kecerdasan kognitif dan motorik halus anak antara lain dengan memberikan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
  • Karakter. Pilih jenis sekolah yang memiliki kurikulum pembentukan dan pelatihan karakter positif anak agar tumbuh kembang anak makin optimal.
Demikianlah beberapa tips dan triks memilih pendidikan anak usia dini yang tepat. Bagaimanapun juga pendidikan usia dini merupakan salah satu fase pendidikan yang lebih terfokus pada psikomotor anak serta penanaman akhlaq dan sikap hidup anak. Ada baiknya jika kedua orangtua juga ikut terlibat di dalamnya. Semoga bermanfaat.

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri Pendidikan di Indonesia
Tut Wuri Handayani.svg
Pendidikan anak usia dini
Taman kanak-kanak
Raudatul athfal

Kelompok bermain


Pendidikan dasar (Kelas 1-6)
Sekolah dasar
Madrasah ibtidaiyah

Kelompok belajar Paket A


Pendidikan dasar (Kelas 7-9)
Sekolah menengah pertama
Madrasah tsanawiyah

Kelompok belajar Paket B


Pendidikan menengah (Kelas 10-12)
Sekolah menengah atas/kejuruan
Madrasah aliyah
/kejuruan
Kelompok belajar Paket C

Pendidikan tinggi
Perguruan tinggi:
Akademi

Institut

Politeknik

Sekolah tinggi

Universitas


Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri Pendidikan di Indonesia
Tut Wuri Handayani.svg
Pendidikan anak usia dini
Taman kanak-kanak
Raudatul athfal

Kelompok bermain


Pendidikan dasar (Kelas 1-6)
Sekolah dasar
Madrasah ibtidaiyah

Kelompok belajar Paket A


Pendidikan dasar (Kelas 7-9)
Sekolah menengah pertama
Madrasah tsanawiyah

Kelompok belajar Paket B


Pendidikan menengah (Kelas 10-12)
Sekolah menengah atas/kejuruan
Madrasah aliyah
/kejuruan
Kelompok belajar Paket C

Pendidikan tinggi
Perguruan tinggi:
Akademi

Institut

Politeknik

Sekolah tinggi

Universitas


Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini

Membangun Karakter Sejak Pendidikan Anak Usia Dini
Kawan, jika saya ditanya kapan sih waktu yang tepat untuk menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang? Maka, jawabnya adalah saat masih usia dini. Benarkah? Baiklah akan saya bagikan sebuah fakta yang telah banyak diteliti oleh para peneliti dunia.
Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli Perkembangan dan Perilaku Anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan bahwa pengalaman anak pada bulan dan tahun pertama kehidupannya sangat menentukan apakah anak ini akan mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya dan apakah ia akan menunjukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerjaannya.
Nah, oleh karena itu, kita sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang baik bagi anak. Sehingga anak bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di masa mendatang. Kita sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa. Ketika dewasa karakter semacam itu akan menjadi penghambat baginya dalam meraih dan mewujudkan keinginannya. Misalnya, tidak bisa menjadi seorang public speaker gara-gara ia minder atau malu. Tidak berani mengambil peluang tertentu karena ia tidak mau mengambil resiko dan takut gagal. Padahal, jika dia bersikap positif maka resiko bisa diubah sebagai tantangan untuk meraih keberhasilan. Anda setuju kan?
Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius maka semakin sukses. Semakin kita meraih predikat juara kelas berturut-turut, maka semakin sukseslah kita. Benarkah demikian? Eit tunggu dulu!
Saya sendiri kurang setuju dengan anggapan tersebut. Fakta membuktikan, banyak orang sukses justru tidak mendapatkan prestasi gemilang di sekolahnya, mereka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya. Mengapa demikian? Karena sebenarnya kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan otak kita saja. Namun kesuksesan ternyata lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangung hubungan emosional  kita dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tahukah anda bahwa kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar (diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan karakter-karakter yang dimiliki orang-orang sukses. Dan, saya beritahukan pada anda bahwa karakter tidak sepenuhnya bawaan sejak lahir. Karakter semacam itu bisa dibentuk. Wow, Benarkah? Saya katakan Benar! Dan pada saat anak berusia dini-lah terbentuk karakter-karakter itu. Seperti yang kita bahas tadi, bahwa usia dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari perilaku kita sebagai orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang positif dan sukses.

Lalu, bagaimana cara membangun karakter anak sejak usia dini?

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.
Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak sejak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya.
Salam
Timothy Wibowo

Pendidkan Network II

Pendidikan Network dibuat untuk:
  • Semua sektor pendidikan resmi yaitu Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.
  • Semua sektor "pendidikan tidak resmi" (non-formal education). Yang non-formal termasuk sekolah kejuruan swasta kecil dan sumber pendidikan atau informasi tentang "kebutuhan manusia" (life skills - personal enrichment development).
Pendidikan Network akan terus-menerus berkembang tetapi kecepatannya akan tergantung partisipasi dari lingkungan pendidikan di Indonesia. Anda yang paling tahu masalah-masalah di lapangan (dan solusinya). Kalau kita berkomunikasi dan bekerjasama kita bisa membuat kesempatan untuk mengingkatkan mutu pendidikan, profesionalisme dan kesejahteran pendidik. Harapan kami artikel-artikel yang dikirim akan membantu pendidik, siswa-siswi, atau masyarakat dengan informasi yang langsung dari lapangan dan berguna (bukan retorika - "hype").
Anda bebas dengan topiknya dan banyaknya bahan tidak penting - yang penting adalah isinya berhubungan dengan pengembangan pengetahuan/pengertian, ketrampilan, atau manajemen. Sebagai contoh-contoh saja: kesenian, managemen sekolah, metodologi mengajar, ketrampilan elektro, matematika, dll. Pendidikan Network (kami) sudah mulai membuat bagian "Learning English" tetapi kami senang sekali kalau ada guru Bahasa Inggris yang mau melanjutkan bagian "Bahasa Inggris" itu.
Kami juga ingin menerima artikel-artikel tentang Busana, Boga, Kesehatan, dan Bisnis (kecil). Informasi seperti ini akan sangat membantu masyarakatnya.