Pendidikan Nilai
Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai
(values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk
dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah
bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan
kepribadian. Dan hal ini relevan dan kontekstual bukan hanya di negara-negara
yang tengah mengalami krisis watak seperti Indonesia, tetapi juga bagi
negara-negara maju sekalipun (cf. Fraenkel 1977: Kirschenbaum & Simon
1974).
Usaha pembentukan watak melalui sekolah, hemat saya, selain
dengan pendidikan karakter di atas, secara berbarengan dapat pula dilakukan
melalui pendidikan nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah hasanah”. Yakni
mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model atau teladan.
Setiap guru dan tenaga kependidikan lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu
menjadi “uswah hasanah” yang hidup (living exemplary) bagi setiap peserta didik. Mereka juga harus terbuka dan siap
untuk mendiskusikan dengan peserta didik tentang berbagai nilai-nilai yang baik
tersebut.
Kedua, menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta
didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk.
Usaha ini bisa dibarengi pula dengan langkah-langkah; memberi penghargaan (prizing) dan menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik
dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discouraging) berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegaskan nilai-nilai yang
baik dan buruk secara terbuka dan kontinu; memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk memilih berbagai alternatif sikap dan tindakan berdasarkan nilai;
melakukan pilihan secara bebas setelah menimbang dalam-dalam berbagai
konsekuensi dari setiap pilihan dan tindakan; membiasakan bersikap dan
bertindak atas niat dan prasangka baik (husn
al-zhan) dan tujuan-tujuan ideal; membiasakan
bersikap dan bertindak dengan pola-pola yang baik yang diulangi secara terus
menerus dan konsisten.
Ketiga, menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based education). Hal ini
bisa dilakukan dengan menerapkan character-based
approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang
ada di samping matapelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter,
seperti pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila
dan sebagainya. Memandang kritik terhadap matapelajaran-matapelajaran terakhir
ini, perlu dilakukan reorientasi baik dari segi isi/muatan dan pendekatan,
sehingga mereka tidak hanya menjadi verbalisme dan sekedar hapalan, tetapi
betul-betul berhasil membantu pembentukan kembali karakter dan jatidiri bangsa.
No comments:
Post a Comment